Updating Results

Sebelum Memutuskan Jadi Freelancer, Pahami Dulu Plus-Minusnya

Alta Windiana

Careers Commentator
Secara kasat mata, profesi freelancer sering dinilai lebih santai dan bergaji besar dibanding karyawan full-time. Namun benarkah seindah kelihatannya?

Pertama, apakah yang dimaksud dengan freelance?

Pekerjaan freelance adalah pekerjaan yang tidak terikat dengan kontrak jangka panjang dengan sebuah perusahaan. Itulah sebabnya freelancer sering diartikan sebagai pekerja lepas atau pekerja sambilan.

Seorang freelancer benar-benar bekerja secara independen, karena tidak ada atasan atau aturan perusahaan yang mengendalikan proses kerja. Umumnya waktu dan tempat bekerja pun fleksibel, menyesuaikan kesepakatan yang dibuat dengan klien pemberi kerja.

Pekerjaan yang bisa dilakukan secara freelance umumnya berhubungan dengan dunia digital, seperti content writer, graphic designer, social media admin, web developer, content creator dan sebagainya. Namun lapangan kerja yang tersedia kini tak hanya terbatas dengan dunia teknologi, karena semakin banyak jenis pekerjaan yang bisa dikerjakan secara lepas. Mulai dari fotografer, pengajar, penerjemah, fashion stylist, talent voice over, sampai konsultan atau analis bisnis.

Mengapa banyak orang memilih menjadi freelancer?

Aspek fleksibilitas membuat banyak generasi millenials dan Gen Z memilih untuk bekerja freelance, sesuai dengan karakteristik mereka yang mencintai kebebasan. Dengan demikian, mereka bisa menjadi ‘bos’ atas diri mereka sendiri.

Namun tidak hanya itu, ada banyak keuntungan lain dari menjadi seorang freelancer:

1. Bisa mengatur gaji atau pendapatan

Kalau para karyawan tetap harus mengikuti kebijakan perusahaan dalam menerima gaji, freelancer bebas menentukan sendiri gaji yang diinginkannya. Tentu dengan pertimbangan skill, kualitas kerja, serta ‘harga pasar’ yang berlaku di luar sana.

Dengan membangun reputasi yang baik serta kemampuan untuk men-deliver karya yang memuaskan klien, tentu nilai jualmu akan meningkat seiring waktu.

2. Kebebasan untuk mengatur jadwal

Waktu kerjamu tidak terikat dengan jam kantor, dan waktu libur pun tak terbatas pada weekend dan tanggal merah. Asalkan semua pekerjaan dapat selesai sesuai deadline yang ditentukan, kamu bebas bekerja dan berlibur kapanpun yang kamu mau.

Poin ini cocok untuk mereka yang kadang hanya bisa bekerja di waktu tertentu saja. Misalnya setelah working hour (untuk mereka yang juga punya pekerjaan ‘nine to five’), atau para ‘night-owl’ yang kerap mendapatkan inspirasi setelah tengah malam.

3. Memilih pekerjaan sesuai passion dan idealisme

Hobi travelling, lalu dibayar untuk keliling Indonesia sambil menulis pengalamanmu? Atau hobi menggambar, kemudian di-hire untuk menjadi ilustrator sebuah produk? Bisa banget! Dengan menjadi freelancer, kamu bisa menjalani hobi sekaligus digaji.

Kamu juga bisa memilah-milah project mana yang sesuai atau tidak sesuai dengan selera, pandangan, maupun keyakinanmu. Beda halnya ketika bekerja sebagai karyawan perusahaan. Suka tidak suka, apa yang bos perintahkan, harus dikerjakan.

4. Bisa memiliki bisnis atau pekerjaan lain

Fleksibilitas waktu dan tempat bekerja juga memungkinkanmu untuk menjalani profesi lain. Mulai dari bisnis online shop atau buka warung kopi di rumah. Jadi, pendapatanmu pun bisa berkali lipat, tidak hanya dari satu sumber. 

5. Lebih dekat dengan keluarga dan orang-orang tercinta

Para freelancer tidak akan merasakan cerita klasik para orangtua yang berangkat kerja ketika anaknya belum bangun, dan pulang ketika si anak sudah tidur.

Umumnya, pekerjaan freelance bisa dilakukan secara remote, sehingga dapat dikerjakan dari rumah. Poin ini cocok untuk para ibu rumah tangga dengan anak-anak yang masih kecil, atau siapa saja yang harus merawat kedua orangtuanya sambil bekerja.

Apa saja tantangan menjadi seorang freelancer?

Meskipun banyak keuntungannya dan terlihat ‘nyantai’, dunia seorang freelancer tidak selalu indah. Ada hal-hal lain yang harus dipertimbangkan, seperti:

1. Pendapatan kadang tidak menentu

Bila karyawan menerima gaji tetap setiap bulan, beda ceritanya dengan freelancer. Umumnya, pekerjaan freelance dibayar per-project. Setelah satu project selesai dan dibayar, harus mencari project lain untuk menyambung hidup.

Semakin produktif dan laris, semakin besar pendapatan. Sebaliknya, kalau lagi sepi ya gigit jari. Belum lagi ada kisah horor yang kerap menghantui para freelancer, yaitu menunggu invoice cair sampai berbulan-bulan lamanya.

2. Kesulitan mengatur work-life balance

Kerja dari rumah, walaupun dekat dengan keluarga tercinta, juga kadang terasa menantang. Batas antara waktu kerja dan waktu bersama keluarga bisa menjadi semakin blur. Berbagai urusan rumah yang belum terselesaikan bisa bikin susah fokus.

Bila project yang harus ditangani sedang menumpuk, waktu untuk istirahat atau refreshing pun harus dijadwalkan sendiri, karena tidak ada jam kerja atau hari libur yang pasti.  

3. Pergaulan dan aktivitas jadi lebih terbatas

Dengan bekerja di kantor, para karyawannya bisa bersosialisasi dan melakukan kegiatan-kegiatan bersama, setelah jam kantor selesai. Seperti makan atau olahraga bareng. Kalau freelancer? Ya apa-apa sendiri. Jadi sesekali harus ‘keluar goa’ untuk bergaul dan melihat dunia luar.

Banyaknya waktu yang dihabiskan di belakang meja pun kadang mempengaruhi kesehatan. Terlalu lama duduk dan jarang beraktivitas bisa menimbulkan penyakit di masa depan.

4. Harus menyediakan fasilitas kerja sendiri

Kalau para karyawan tetap dimanjakan dengan berbagai fasilitas kantor, para freelancer harus memenuhinya sendiri. Mulai dari laptop, koneksi internet, sampai asuransi kesehatan. Work station atau meja kerja yang memadai pun harus disediakan sendiri.

5. Berhadapan dengan stigma dan anggapan orang lain

Masih ingat dengan kasus seorang pemuda di sebuah desa, yang dicurigai memelihara babi ngepet? Itu semua gara-gara ia tidak pernah keluar rumah, namun memiliki uang yang banyak. Padahal, pekerjaannya dilakukan secara online.

Generasi orangtua kita memang belum terlalu akrab dengan istilah ‘freelance’. Bila ditanya oleh mengenai pekerjaan kita yang sebenarnya, belum tentu semua orang bisa mengerti. Kelamaan berdiam diri di rumah, tanpa ada tanda-tanda untuk berangkat kerja ke kantor, kadang mengundang opini negatif dari tetangga dan kerabat.  

Bagaimana cara menjadi seorang freelancer yang sukses?

Proses mengawali karir menjadi seorang freelancer memang butuh usaha ekstra, karena kamu akan melakukan semuanya sendiri.

Setelah mengetahui plus-minus dari profesi ini, kini saatnya kita mempelajari kiat-kiat yang mungkin bisa membantu melancarkan pekerjaanmu:

1. Bangun personal branding

Personal branding’ adalah image atau citra yang dibangun atas dirimu di mata masyarakat, atau dalam hal ini, di mata para calon klien. Bentuklah persepsi yang baik atas kepribadian dan skill-mu.

Hal ini bisa dibangun dengan membuat portfolio yang lengkap dan menarik. Kumpulkan dan unggah karya-karya terbaikmu di media sosial maupun website pribadi. Dengan demikian, kamu bisa membangun kredibilitas dan memasarkan keahlianmu.

2. Tingkatkan skill bernegosiasi

Karena kini kamu bisa menentukan gajimu sendiri, maka kamu harus menguasai jurus-jurus negosiasi harga dengan klien. Kamu bisa menilai harga suatu project berdasarkan tingkat kesulitan, waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan, serta kualitas kerjamu sendiri. Lakukan juga riset harga pasar untuk jasa yang kamu sediakan.

Kondisi budget klien pun kadang harus menjadi pertimbangan. Bila dirasa penawaran harga yang mereka ajukan terlalu rendah, cobalah untuk saling menawar dan bernegosiasi, agar dapat mencapai harga kesepakatan yang saling menguntungkan. Setelah itu, jangan lupa untuk membuat surat kontrak atau ‘tanda jadi’ agar tidak ada yang merasa dirugikan.

3. Buat jadwal kerja, lalu terapkan dengan disiplin

Dengan tidak adanya atasan atau bos yang mengawasimu, tentu kadang kamu merasa tergoda untuk bermalas-malasan dan menunda-nunda pekerjaan. Maka dari itu, buatlah  sebuah timeline untuk setiap project, agar tidak panik saat deadline sudah mepet.

Selain untuk kerja, jadwalkan juga waktu untuk melakukan kegiatan lainnya, seperti istirahat, olahraga, bersosialisasi sampai me-time. Pengaturan ini akan dapat membantu menyeimbangkan waktu kerja dan kehidupan pribadimu.

4. Selalu update skill dan keterampilan

Untuk menambah ‘nilai jual’-mu di mata klien, selalu update skill yang kamu punyai, mengikuti kemajuan zaman. Perkembangan dunia digital akan membuat persaingan sesama freelancer menjadi semakin ketat.

Dengan memiliki skill yang unik dan spesifik, kamu akan dapat menjadi lebih menonjol di antara freelancer lain yang menawarkan jasa yang sama.

5. Bangun networking yang luas

Kesempatan bisa datang dari siapa saja. Selalu jalin hubungan baik dengan klien yang pernah mengajak bekerja sama, maupun calon klien potensial di luar sana. Jaga kepercayaan yang telah diberikan, agar mereka selalu nyaman bekerja sama denganmu.

Selain itu, kamu juga bisa memperluas koneksi dengan bergabung ke forum atau komunitas khusus para freelancer. Dengan demikian, kamu bisa bertemu dengan berbagai orang dari latar belakang dan industri yang berbeda.

6. Tumbuhkan motivasi dari dalam diri

Seperti halnya profesi lain, menjadi freelancer juga membutuhkan fokus dan komitmen yang tinggi. Selalu pacu dan kembangkan dirimu agar menjadi lebih baik, dan jangan menyerah saat menghadapi tantangan. Yakinlah bahwa pekerjaan yang kamu pilih ini suatu saat akan membawamu menuju kesuksesan.


Originally published on Prosple Indonesia